Dema FUAD gelar Workshop Perfilman

pengurus Dewan Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin adab dan Dakwah IAIN Lhokseumawe foto bersama usai workshop. Foto/istimewa
LHOKSEUMAWE - Dewan mahasiswa (DEMA) fakultas ushuluddin adap dan dakwah IAIN Lhokseumawe menggelar workshop produsi film, Kamis (19/0).yang berlangsung di aula Fakultas Syariah lantai 3 IAIN Lhokseumawe.

Acara workshop bertema "Pengembangan Skill dan karya Mahasiswa" di buka oleh Wakil Rektor II Dr. Darmadi M.Si dan di ikuti oleh seluruh mahasiswa juga diikuti oleh sejumlah siswa SMA delegasi dari beberapa sekolah yang ada di kota lhokseumawe. 

Ketua dewan mahasiswa (DEMA) fakultas ushuluddin adab dan dakwah, Khairul Rizal dalam sambutannya mengatakan  "kegiatan seperti ini perlu di adakan untuk membimbing mahasiswa dan siswa supaya dapat menambah skill dalam pembuatan films dan video pendek hitung-hitung bisa menambah penghasilan dengan cara mengunggahnya ke youtube" ujar plt panglima FPI daerah Aceh.

Wakil Rektor II dalam pembukaannya juga berpesan agar peserta betul betul mengikuti kegiatan ini dengan serius karena kegiatan ini mendidik peserta menjadi generasi yg kreatif dan mampu mengembang bakat dibidang dunia perfileman.

"Kita mahasiswa untuk pekerjaan dimasa depan jangan hanya mengharapkan jadi pns, tapi jadilah kita bekerja tanpa tergantung sama orang lain, kalo semua sarjana mengharapkan jadi pns ini tidak akan mampu ditampung oleh pemerintah karena setiap tahunnya seaceh aja meluluskan puluhan ribu sarjana sedangkan kebutuhan tenaga pns hanya puluhan orang". tutup mantan wartawan kompas ini.

Ratusan Mahasiswa Ikuti Seminar NLP

Lhokseumawe –Seminar yang bertajuk "Neuro Lingusitic Programming (NLP) di sambut antusias oleh peserta, Rabu (18/10).

Acara yang di gelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe Pada kesempatan ini mengundang pemateri dari Negara tetangga Malaisya, Muhammad Saffuan bin Abdullah, yang merupakan Master Trainer NLP Malaisya.

Seminar tersebut berlangsung di Gedung Biro Akademik kampus IAIN Lhokseumawe di ikuti oleh 200 peserta yang berasal dari beberapa perguruan tinggi diantaranya, Universitas Malikussaleh dan IAIN Zawiyah Cot kala Langsa.

Dr Hafifuddin MAg, selaku Rektor dalam sambutannya, sangat mengapresiasi terlaksananya seminar ini, apalagi panitia mampu menghadirkan pemateri dari luar negeri. Di sisi lain, dia juga berharap bahwa sudah saatnya para mahasiswa mulai berpikir terus maju ke depan untuk menggapai cita-cita.

“Orang lain sudah berpikir hal-hal yang besar, sedangkan kita masih sibuk dengan hal-hal yang kecil, sulit maju kalau mahasiswa masih sibuk dengan hal-hal yang tidak penting” ujarnya.

Dalam hal ini Ketua HMJ BKI, Siti Nisfiyanti berharap Kegiatan yang sama dapat dilaksanakan di tahun-tahun selanjutnya.

Dalam pemaparannya, Muhammad Saffuan bin Abdullah, menguraikan neuro-linguistic programming merupakan salah satu pendekatan komunikasi dalam pengembangan pribadi untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebab itu, menurutnya penting bagi konselor memahami NLP dalam mengembangkan dirinya agar menjadi konselor handal dan dapat mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah klien di lapangan.

Pawai Ta'aruf Sambut Tahun Baru Islam di Aceh Selatan


Ratoeh.com Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Selatan,dalam rangka memperingati menyambut tahun baru islam, menggelar kegiatan pawai Ta'aruf dipusatkan di kantor Dinas Pertanian (Kantor Bupati lama), Jln Syech Abdura'uf, Kecamatan Tapaktuan, Sabtu (30/9).

Acara yg meriah tersebut turut dihadiri Danramil 01/Tapaktuan Kapten Inf Amri Umari mewakili Dandim 0107 Aceh Selatan Letkol Kav Hary Mulyanto, Sekdakab Asel H Nasjuddin SH MM, Camat Tapaktuan Yulmainar, Kapolsek Tapaktuan AKP Mustafa, Keuchik se - Kecamatan Tapaktuan.

Terlihat juga, kepala SKPK di lingkungan Pemkab Aceh Selatan, terutama kepala dinas Syariat Islam yang mengkoordinator masyarakat.

Danramil 01/Tapaktuan, Kapten Inf Amri Umari mengatakan bahwa pawai Ta'aruf adalah pawai tradisional yang diikuti semua lapisan masyarakat dan diadakan dalam menyambut hari-hari besar Islam.

"Yang mana sebagian besar masyarakat melakukan pawai keliling kota dengan menggunakan baju muslim yang beraneka ragam," terangnya.

Dia menyatakan, pawai yang berlangsug dengan melantunkan salawat dan lagu-lagu Islami serta menampilkan replika masjid, unta, pria bersurban dan lain sebagainya yang bernuansa Islami berisi pesan menjalani kehidupan keislaman menuju kemaslahatan bersama dan kedamaian.

"Pawai Ta'aruf dalam rangka memeriahkan tahun baru Islam 1439 H menjadi tontonan menarik bagi warga masyarakat, selain itu juga menjadi pendidik atau pelajaran dalam kehidupan kita sehari-hari," tutupnya.

Pawai yang diikuti siswa-siswi SMP, SMA sederajat serta pesantren Jabal Rahmah menampilkan juga sejumlah atraksi dan yel-yel sehingga suasana acara sangat meriah. (/)


Editor : Bobby KPI



Sumber : Serambi Indonesia

PKI itu, Partai Kiai Indonesia

Ridwan saidi sejarawan

Ratoeh.com, Budayawan Betawi Ridwan Saidi yang hidup di era Partai Komunis Indonesia (PKI) menyebutkan, partai tersebut mulai gencar melakukan teror sejak 1961 hingga akhirnya mereka di'gulung' oleh rakyat. Karena itu, apabila saat ini PKI betul-betul muncul kembali, hanya ada satu kata. "Lawan!" ungkap pria berusia 75 tahun itu di teras rumahnya kepada Republika Kamis (28/9).

Dengan menggunakan sarung dan kemeja tanpa dikancing, Ridwan bercerita tentang apa saja yang pernah ia alami ketika muda dulu terkait keberadaan PKI. Menurutnya, banyak kebohongan dan fitnah yang PKI lakukan terhadap musuh-musuhnya.

"Awalnya, tahun 1952 mereka direhabilitasi oleh Soekarno setelah pemberontakan Madiun dengan cara para tokoh PKI diterima menghadap ke Istana. Aidit, Lukman, Tan Ling Djie, mereka diterima oleh Bung Karno," kata dia.

Setelah itu, PKI melakukan persiapan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) pada 1955. Menurut Ridwan, mereka mengerahkan gelandangan pengemis untuk mendukung mereka. PKI memenuhi Jakarta dengan yang Ridwan sebut gembel.
"Penuh Jakarta itu dengan gembel, dan mereka diproses oleh jaringan PKI di kelurahan untuk mendapatkan KTP. Sehingga, hasil Pemilu itu, PKI menduduki posisi keempat untuk pemilihan anggota DPR," ungkap Ridwan.

Pada Pemilu 1955 tersebut, tiga partai di atas PKI adalah PNI, Masyumi, dan NU. Akan tetapi, pada saat pemilihan DPRD, PKI naik menjadi peringkat kedua.

Ridwan menjelaskan, dalam kampanyenya itu, PKI melakukan suatu kebohongan kepada masyarakat. Saat itu, mereka berkata kepada masyarakat, PKI itu singkatan dari Partai Kiai Indonesia. Bahkan, mereka berkampanye menggunakan gambus.

"Kampanye mereka pakai gambus waktu itu. Itu sudah melakukan kebohongan-kebohongan di situ. Kampanyenya juga menyerang pribadi, dulu nggak ada aturannya kan. Dia melempar kebohongan-kebohongan," tutur dia.

Kemudian, Ridwan mengatakan, PKI melakukan banyak aksi yang sebetulnya merusak ketentraman kerja di perusahaan-perusahaan swasta. Saat itu, PKI ingin menasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta. Padahal, tidak semua perusahan swasta itu milik pemerintah Hindia-Belanda.

"Kan ada aturan hukum untuk mengambil alih. Macam-macam perusahaan itu, didemo terus-menerus membawa kegelisahan. Sejak 1957, dia terus melakukan aksi-aksi demikian hampir setiap hari," kata dia.

Pada 1960, Undang-Undang (UU) Agraria dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia. Menurut Ridwan, UU tersebut merupakan UU yang bagus. Tapi, dia bingung karena PKI justru menolaknya. Mereka lebih memilih mematok tanah secara sepihak.
Salah satu peristiwa yang ia ingat adalah Peristiwa Bandar Betsi. Peristiwa itu terjadi tahun 1965. Kala itu, menurut Ridwan, terbunuh seorang TNI, Peltu Sudjono karena mencegah usaha PKI merampas tanah di Bandar Betsi.

"Anehnya, mereka tidak mendukung. Dia lebih mau aksi sepihak duduki tanah di mana-mana sampai terjadi bentrokan fisik dan ada korban lah seperti Bandar Betsi di Sumatera Utara. Itu yang mengherankan saya, kok dia nggak mau UU agraria," ungkap dia.
Ridwan mengaku, pada masa itu bisa dibilang mahasiswa yang sedang berada di kampus untuk kuliah merasa tidak nyaman. Itu karena saat itu harus berhadapan terus-menerus dengan PKI. Terutama para anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

"Dia menuntut pembubaran HMI kan. Dengan aksi yang terus menerus hampir setiap hari. Kan mereka pengangguran, siap aksi," kata dia.

Saat itu, Ridwan tergabung ke dalam HMI. Ia juga menceritakan ketidakadilan PKI melalui kelompok-kelompoknya terhadap organisasinya tersebut kala itu. Seperti menahan undangan acara kenegaraan yang seharusnya juga diikuti oleh pihaknya saat itu.

"Kita mengalami bagaimana mereka menguasai Front Pemuda. Itu kan federasi dari seluruh ormas pemuda.

 Kita selalu nggak dapet undangan kalau ad a acara kemerdekaan, sumpah pemuda dan lainnya itu," tutur dia.

Saat itu, HMI merupakan anggota dari Front Pemuda. Namun, Front Pemuda itu, kata dia, dikuasai oleh Pemuda Rakyat. Pemuda Rakyat Saat itu, HMI merupakan anggota dari Front Pemuda. Namun, Front Pemuda itu, kata dia, dikuasai oleh Pemuda Rakyat. Pemuda Rakyat merupakan kelompok sayap milik PKI.

Menurut Ridwan, pernah ada kegiatan Rapat Raksasa Merebut Irian Barat. Ketika itu, pihaknya tidak mendapatkan undangan untuk kegiatan tersebut. Ia menyebutkan, hal itu dilakukan agar HMI dipandang sebagai organisasi yang kontrarevolusi.

"Kan dulu tuduhannya itu HMI kontrarevolusi, 'liat aja tuh Rapat Raksasa Merebut Irian Barat kagak ngikut'. Padahal mah nggak diundang," tutur dia.

Meski demikian, Ridwan dan beberapa kawannya tetap datang dengan cara menyelusup ke dalam acara-acara tersebut. Seperti contohnya saat diadakan acara Pidato Bung Karno yang diselenggarakan oleh Front Nasional.

"Misal gini, dia kalau ada acara nasional, tau-tau kita muncul padahal sudah dihadang. Kita duduk deket-deket die kelompok PKI, Gerwani segala macem," cerita Ridwan.
Melihat HMI yang sudah dihadang tapi bisa masuk ke acara tersebut, menurut Ridwan, kelompok-kelompok sayap PKI tersebut mulai menyanyikan lagu Nasakom Bersatu Hancurkan Kepala Batu. Tapi, kemudian ia dan teman-temannya membalas lagu tersebut dengan Garuda Pancasila.

"Kan kita dengan cara melewati gerbang baru kita pakai atribut. Baru deh dihajar pakai lagu, ya kita bales dengan Garuda Pancasila, hahahahaha," katanya seraya tertawa.

Peristiwa terparah
Lalu, Ridwan menceritakan beberapa hal yang ia ingat tentang tindak tanduk PKI saat itu. Ia mengingat beberapa hal yang menurutnya paling parah yang pernah dilakukan oleh PKI terhadap lawan-lawannya yang tak sepaham.

Pada saat itu, kata dia, PKI menguasai Serikat Buruh Kereta Api (SBKA). Mereka kemudian mengganggu perjalanan kereta api yang sudah penuh sesak dengan penumpang di dalamnya. Menurut Ridwan, dari Jakarta menuju Cirebon bisa ditempuh hingga 11 jam karena gangguan itu.

"Macam-macam (ganggunya) banyak berhentinya kereta itu. Bagaimana tiba-tiba ada bendera merah, kan kalau begitu berhenti kereta," tutur dia.

Menurut dia, saat itu perjalanan menggunakan kereta tak ada yang nyaman. Walaupun memang saat itu keadaan kereta api tak senyaman sekarang, apa yang ada dipikiran masyarakat saat itu adalah yang penting sampai ke tempat tujuan terlebih dahulu.

"Kalau misalnya sesek sih udah lah ye kita alamin jongkok juga susah, apalagi diri. Tapi persoalannya itu lambat karena berhenti terus dan kita tidak mengerti kenapa berhenti," ungkap dia sembari meminum kopinya.

Selain buruh kereta api, menurut dia, buruh-buruh pelabuhan juga sering dikerahkan untuk mogok kerja oleh PKI. Sehingga, angkutan barang itu sering terlambat di pelabuhan. Akibatnya, ekonomi mengalami kelumpuhan saat itu.

"Ekonomi dilumpuhkan juga saat itu. Tahun itu mulai aksi tahun 61 sampai 65. Tahun itu mereka gencar-gencarnya melakukan aksi sampai akhirnya digulung sama rakyat," kata Ridwan.

Ridwan juga mengalami langsung penyabotasean kegiatan dakwah oleh PKI. Kala itu, tahun 1964 ia mengikuti kegiatan Isra Miraj di daerah Pademangan, Jakarta Utara. Acara yang seharusnya mulai jam delapan malam, mundur hingga pukul setengah satu malam.
"Mereka mengerahkan masa dan menuntut pidato saat itu. Banyak mereka mengaku RT, RW, atau apa dulu RK segala macam bergantian pidato dari jam delapan sampai setengah satu die borong," kata dia.

Akibatnya, ketika itu tidak ada yang bisa berpidato. Tapi, Ridwan bersama dengan Mayor Yunan Hilmi Nasution dari Pusat Rohani Angkatan Darat tetap melakukan kegiatan tersebut. Keduanya berjanji saat itu untuk bertahan karena umat sudah bubar.

"Kata Pak Yunan ke saya, 'kita jangan bubar, kita bertahan di sini. Nanti, ketika giliran saudara pidato saya yang dengar tidak apa-apa. Giliran saya yang pidato, saudara yang dengar'. Itu terjadi," jelas Ridwan.

Benar saja, mereka berdua bertahan hingga acara selesai dan berpidato. Kemudian acara selesai pukul 01.30 WIB. Ridwan bersama temannya kembali ke rumahnya di bilangan Sawah Besar menggunakan becak.

Di lain waktuDi lain waktu masih pada era mencekam itu, di daerah perkampungan rumahnya, disebarkan selebaran berisi daftar orang-orang yang harus dipotong lehernya. Ayahanda Ridwan menjadi salah satu orang yang ada di dalam daftar tersebut.

"Mereka mengedarkan selebaran di kampung masing-masing yang isinya orang-orang yang mesti dipotong. Termasuk bapak saya. Iya (karena musuh tidak sepaham). Itu teror dia," ujar Ridwan.

Soal fitnah yang paling besar oleh PKI, menurut Ridwan, adalah fitnah yang dialami oleh Buya Hamka, Ghazali Sahlan, dan Dahlari Umar. Mereka bertiga menghadiri acara khitanan di Mauk, Tangerang. Acara khitanan anak dari salah satu tokoh Masyumi di Mauk bernama Ismaun.

"Lantas PKI melaporkan di sana itu diadakan rapat gelap. Padahal menghadiri khitanan. Ditangkap mereka itu dan baru keluar tahun 1966," kata dia.

Kala itu, Ridwan sempat membesuk salah satu tahanan, yaitu Ghazali Sahlan. Saat itu Ridwan diajak oleh anak Ghazali Sahlan setelah mendapatkan surat dari sang bapak. Ridwan pun melihat suratnya langsung dan melihat kondisi Ghazali Sahlan di penjara.

"Ghazali Sahlan mulutnya disetrum. Selama enam bulan dia cuma makan tetesan air pisang ambon saat ditahan oleh PKI, ya kita anggap PKI-lah. Rezim waktu itu kan dikuasai PKI," tutur Ridwan.

PKI bangkit, lawan!
"Itulah PKI seperti itu. Mau lagi dikembalikan yang seperti itu sekarang?" kata Ridwan cukup sering di tiap akhir ceritanya tentang apa yang dilakukan PKI saat itu.
Mengenai isu kebangkitan PKI yang merebak saat ini, ia hanya mengatakan satu kata, yaitu "Lawan" tadi. Menurutnya, tidak perlu ada omongan macam-macam.

"Dalam bentuk apa pun, tergantung dia mau main cara apa, kita hadapi. Dulu saja kita lawan, sekarang apalagi?" kata dia.

Ridwan mengatakan, janganlah PKI bermimpi untuk bangkit lagi. Menurutnya, upaya pelurusan sejarah tak perlu dilakukan karena ketika itu, kedua belah pihak antara PKI dan non-PKI kondisinya sedang berperang.

"Ini kan perang, dia kalah ya udah dong nyerah nggak usah diomongin lagi. Terang saja dong, bentrokan ada korban," ungkap Ridwan.

Ia juga mengatakan, pelarangan organisasi PKI merupakan konsekuensi terhadap apa yang telah mereka lakukan sebelum-sebelumnya, bukan di tahun 1965 saja. Seperti di tahun 1948, aksi pembantaian pada pemberontakan Madiun.

Menurut Ridwan, korbannya bukan saja ulama, tetapi juga yang lain, seperti orang tua Sri Bintang Pamungkas. "Dia nggak hitung korban dari pihak kite? ya kan? Saya nggak tertarik ngomongin ini. Jangan sok jago dong kalau nggak mau ada korban," terang Ridwan.

Editor : bobby KPI


Copyright•Republika



Pemuda, Mahasiswa dan Siswa Ikut Seminar Peran Pemuda Dalam Pembangunan Aceh Timur

Pimpinan Cabang Himpunan Mahasiswa Al-Washliyah (PC Himmah) Aceh Timur, bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Anti Narkoba (IKAN) Aceh Timur, Sabtu (30/9) menggelar seminar di Kantor Camat Idi Rayeuk, kabupaten setempat.

Ratoeh.com- Sabtu (30/9) Pimpinan Cabang Himpunan Mahasiswa Al-Washliyah (PC Himmah) Aceh Timur,menggelar seminar di kantor camat idi rayek bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Anti Narkoba (IKAN) Aceh Timur.

Ridwan SPdi, Ketua PC Himmah Aceh Timur, mengatakan seminar bertema "Peran Pemuda dalam Pembangunan Aceh Timur, serta pengaruh narkoba pemuda masa kini", dalam kesempatan ini menghadirkan Wakil Ketua I DPRK Aceh Timur, Samsul Akbar SE, Ketua IKAN Aceh Timur, Tgk Mustafa Tiba, sebagai pemateri dalam seminar ini.

Sedangkan pesertanya terdiri dari pemuda/i perwakilan dari masing-masing kecamatan.

Acara tersebut di ikuti juga oleh mahasiswa/i dari sejumlah universitas di Aceh Timur.
Termasuk siswa/i dari sejumlah sekolah, dan penyuluh KUA dari jajaran Kemenag Atim.

Juga dihadiri Sekretaris dan Bendahara Pengurus Daerah Alwashliyah Aceh Timur, yakni Drs Syahrul Aji, dan Syafwan. 

Ridwan mengatakan materi yang dipaparkan dalam seminar ini tentang peran pemuda dalam pembangunan Aceh Timur, serta pengaruh narkoba pemuda pada masa kini.

"kita berharap melalui seminar ini dapat terwujudnya kesadaran pemuda/i agar lebih proaktif ikut serta dalam pembangunan Aceh Timur ke arah jauh lebih baik," pungkas Ridwan.

Ia juga mengharapkan Pemkab Aceh Timur untuk melibatkan pemuda-pemudi dalam berbagai bentuk kegiatan yang bisa membawa kemajuan daerah aceh timur.

"Untuk pembangunan daerah harus saling bahu membahu dan kita butuh ikut sertaan pemuda/i yang intelektual dan gigih. Karena itu, kita minta pemuda/i agar menjauhkan diri dari pengaruh narkoba demi terwujudnya generasi penerus sebagai pemimpin masa depan," ungkap Ridwan.(/)


Editor : Bobby KPI 

Sumber ; Serambi indonesia

Mesjid Peninggalan Sultan Iskandar Muda

Mesjid Poe Teumeuruhom, Samalanga Bireun.

LANTAI masjid memang masih berupa semen kasar, puluhan tiang bulat besar berdiri megah walaupun belum dicat, rangkaian tangga besi terletak di bagian tengah masjid karena atap kubah masjid tersebut sedang diperbaiki.
Belasan sajadah terlihat diletakkan para santri di lantai mesjid, puluhan Al Quran juga terlihat berada di dalam masjid walaupun masjid tersebut renovasi belum rampung . Belasan santri hilir mudik masuk ke masjid melaksanakan shalat Azhar dan ada yang duduk membaca kitab.
Sedangkan halaman depan terdapat satu tenda besar, tenda tersebut adalah kegiatan Musabaqah TilawatilQuran (MTQ) antar santri dayah yang dilaksanakanmulai 24 September sampai 30 September bertempat di halaman masjid, itulah sekilas masjid Poe Teumeureuhom, Samalanga Bireuen.
Mesjid megah dua lantaitersebut berdiri dan berada di komplek Dayah Ma‘hadal Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesra Samalanga, Bireuen tepatnya di Desa Mideun Jok, Samalanga, Bireuen menjadi mesjid kebanggaan masyarakat Samalangamaupun Aceh. Melihat ke atas kubah seorang pekerja sedangmerapikan atap kubah, empat pekerja lainnya juga sedang dekat kubah masjid yang ambruk saat gempa akhir Desember 2016 lalu.
Halaman samping sebelah utara terdapat asrama santri laki-laki dua lantai, sedangkan sebelah selatan terdapat beberapa tempat pengambilan wudhuk dan balai pengajian. Sedangkan bagian belakang atau sebelah barat juga terdapat asrama santri dayah tersebut. Menilik sejarah dan kapan mulai dibangunnyamesjid itu penelusuran Serambi berdasarkan catatan Kanwil Kemenag Aceh pada webset profil masjid di Aceh, masjid tersebut dibangun tahun 1620 semasa pemerintahan Aceh dipegang Sultan Iskandarmuda.
Waktu itu kata Tgk Nuruzzahriatau lebih dikenal dengan panggilan Waled NU, keterangan dari orang tua dan kakeknya dan sejumlah tokoh di Samalanga yang sempat didengarnya, waktu itu Sultan Iskandarmuda datang ke Samalanga. Dalam suatu kunjungan kerja dicetus dan langsung dimulai membangun satu masjid besar di Mideun Jok. Setelah masjid dibangun diberi nama masjid Poe Teumeureuhom, maka informasi terus berkembang ke sentero Aceh.
Jamaah masjid waktu itukata Waled Nu adalah masyarakat yang bertempat tinggal mulai dari Bugeng Peudada sampai ke Ulim, sekarang wilayah Pidie Jaya.“Waktu itu hanya masjid Poe Teumeureuhom baru ada di Samalanga, maka seluruh masyarakat Aceh mulai dari Peudada sampai Ulim pergi untuk shalat Jumat kemasjid Poe Teumeureuhom Samalanga,’ ujarnya.
Para jamaah masjid mulaiberangkat pada Kamis pagi umumnya pergi jalan kaki kemudian malamnya ditampung di rumah-rumah warga kawasan Desa MideunJok. Masjid yang dibangun waktu itu ukuran besar dan terdapat sejumlah kubah dan ia tidak ingat betul berapa jumlah kubah saat pertama dibangun.
Waled Nu yang sekarang menjadi raja imum (imum Syik) masjid tersebut menambahkan, bila tidak salah nama imum syik atau pengurus masjid yang masih diingatnyaantara lain orang tuanya sendiri almarhum Tgk Haji Yahya Ali, kemudian Tgk Hanafiah pernah menjadi raja imum, Tgk H Jamaluddin Hanafiah dansejumlah tokoh lainnya baik sebagai imam masjid maupun panitia pembangunan masjid. Masjid besar tersebut kemudian dilakukan renovasi pada tahun 1970.
“Waktu itu saya masih kecil, orang tua sebagai imumsyik, masjid kemudian diperbaiki kembali,” ujarnya. Setelah direhab pada tahun 1970 kemudian direhablagi pada tahun 2.000 lalu dan saat terjadi gempa PidieJaya, kubah yang sedang dikerjakan ambruk lagi. Sekarang sedang dilakukanperbaikan kubah dilakukan Panglima TNI Jenderfal TNI Gatot Nurmantyo.
Untukmemastikan kapan tepatnya masjid itu dibangun kataWaled Nu harus ditelusuri dan menjumpai para tokoh masyarakat Samalanga. Jelasnya, mesjid tersebut dibangun semasa pemerintahanAceh dibawah pimpinan Sultan Iskandarmuda.Luas masjid 30 x 36 meter awalnya satu lantai sekarang kontruksi dua lantai.
Disekeliling masjid terdapatbalai pengajian, asrama santri dayah Mudi Mesra serta disampingnya perkantoran Mudi Mesra. Seorang unsur pimpinan Dayah Mudi Mesra yang juga Rektor Institut Agama Islam(IAI) Al Aziziyah Samalanga, DR Tgk Muntasir kepada Serambi mengatakan, masjid Poe Teumeureuhom dan sejumlahpesantren di sekeliling masjid sudah menyatu karena pendirian masjid dan dayah Mudi Mesra bersamaan oleh Sultan Iskandarmuda waktu itu.Sejak didirikan sudah beberapa kali dilakukan perbaikan, perluasan dan saat ini sedang pemasangan atap kubah masjid.
Jamaah masjidadalah para santri Mudi Mesra, santri pesantren Ummul Ayman, kemudian masyarakat kemukiman masjid Raya Samalanga. Setiap hari Jumat, masjid maupun halaman masjidbahkan sampai ke jalan menjadi tempat shalat para Jamaah Jumat. “Santri Mudi ada sekitar 3.000 orang, santri Ummul Ayman juga demikian ditambah guru, unsur dayah,keluarga santri dan masyarakat kemukiman Masjid Raya itu adalah jamaah masjid tersebut,” ujarnya. Selain itu, dimasjid juga berlangsung pengajian lima waktu para santridan berbagai kegiatan keagamaan bertempat di dalam masjid.(yusmandin idris)

sumber: Serambi Indonesia

Rhoma Irama di Ajak Berzikir di Aceh

Photoby/google

BANDA ACEH - Wali Kota Banda Aceh, H Aminullah Usman SEAk MM melakukan silaturrahmi dengan Raja Dangdut, H Rhoma irama di Studio Soneta Grup, Depok, Jawa Barat, Selasa (26/9) sore.

Dalam pertemuan yang berlangsung santai tersebut, keduanya membahas banyak hal, mulai kondisi bangsa, sinyal kebangkitan Islam di Indonesia, hingga penerapan syariat Islam di Aceh.

Pada kesempatan itu, Aminullah mengajak Rhoma untuk ikut dalam dalam kegiatan Zikir akbar
Gemilang. Ajakan itu karena saat ini Wali Kota Aminullah sedang menggalakan wisata zikir di Banda Aceh. “Kami berharap Bapak Rhoma bisa meluangkan waktu untuk berkunjung ke Banda Aceh dalam kegiatan syiar agama,” kata Aminullah.

Sementara Rhoma Irama yang juga Ketua Partai Idaman mengaku kagum dengan penerapan Syariat Islam di Aceh yang berlangsung damai. “Kita bisa melihat bagaimana Islam itu aman dan damai, sesuai dengan slogan partai yang saya bentuk, Islam itu penuh dengan cinta, rahmat bagi seluruh alam,” katanya didampingi Sekjend Partai Idaman, Ramdansyah.

Usai melakukan pertemuan dan shalat Ashar berjamaah, Rhoma mengajak Aminullah Usman melihat langsung kegiatan latihan Soneta Grup untuk persiapan tampil di Lombok. Latihan itu sendiri bersifat tertutup, hanya tamu khusus yang bisa berada di dalam studio saat Raja Dangdut dan anggota Soneta Grup latihan.

Aminullah Usman mengaku sangat bahagia bisa melihat langsung latihan group musik beraliran dangdut ini. “Luar biasa suaranya tetap sama dengan Rhoma Irama di tahun 80an, sangat indah apalagi saya hanya berjarak dua meter dari beliau, suatu kesempatan yang langka,” kata Aminullah sebagaimana disampaikan Kabag Humas Pemko Banda Aceh, Taufik.(mas)

Sumber : Serambi Indonesia
 

Comments